7++ Rumah Adab Sunda – Filosofi, Gambar & Penjelasan Lengkap


Suku Sunda adalah etnis yang pada umumnya tinggal di daerah Jawa Barat, Jakarta, dan Banten. Etnis ini juga tersebar di beberapa bab lain di tanah air. Orang Sunda diketahui dengan karakteristiknya yang ramah, sopan, senantiasa optimis, dan bersahaja. Selain itu, mereka juga menjunjung tinggi budbahasa istiadat dari leluhurnya.





Hal ini mampu tampakdari bahasa Sunda yang masih digunakan untuk komunikasi sehari-hari sampai dikala ini. Kesenian khas Sunda mirip seni tari, wayang golek dan seni bunyi yang dibawakan oleh para sinden masih lestari hingga sekarang. Hal yang tak kalah menarik yaitu bentuk rumah akhlak Sunda yang diwariskan dari generasi ke generasi.






Rumah Tradisional Sunda





Orang Sunda memiliki berbagai jenis rumah budbahasa dan kebanyakan, rumah etika Sunda berstruktur rumah panggung yang tidak terlampau tinggi. Tinggi rumah tradisional Sunda cuma sekitar 0,5 hingga 1 meter dari permukaan tanah.





Untuk naik ke tempat tinggal, tersedia tangga yang disebut dengan Golodog. Tangga ini yang dibuat dari bambu atau kayu. Jumlah anak tangga lazimnya hanya sedikit, yaitu 3 anak tangga. Golodog juga menjadi tempat membersihkan kaki sebelum masuk ke rumah, supaya rumah tetap terjaga kebersihannya.





Bagian kolong rumah umumnya dipakai untuk sangkar atau mengikat binatang ternak dan peliharaan, mirip dari kuda dan sapi. Bisa juga dipakai sebagai tempat penyimpanan berbagai alat pertanian seperti bajak, garu, cangkul, dan lain-lain.





Ada 6 jenis rumah akhlak asal Sunda yang perbedaannya mampu dilihat dari bentuk atap dan pintu rumahnya. Keenam jenis itu yakni suhunan (rumah) Jolopong, Badak Heuay, Perahu Kemureb, Tagog Anjing, Capit Gunting, dan Julang Ngapak.





1. Suhunan Jolopong





Dari keenam jenis rumah adat Sunda, suhunan Jolopong yakni rumah yang memiliki bentuk paling sederhana. Rumah ini juga yang paling gampang ditemui ketika sekarang, utamanya di pedesaan Jawa Barat dan serta daerah cagar budaya.









Untuk membangun Jolopng tidak diharapkan material yang berlebihan, alasannya tidak ada struktur atau lekukan rumit pada gaya arsitekturnya. Atap Jolopong mempunyai 2 sisi yang terpisah oleh jalur suhunan di bagian tengan bangunan. Bentuknya ibarat pelana yang memanjang.





Pembagian ruangan di suhunan Jolopong cukup efisien. Ruangannya terbagi menjadi 3, ialah ruang depan yang disebut Tepas atau Emper. Area ini digunakan untuk menerima tamu. Dulunya, Tepas dibiarkan kosong tanpa perabot rumah tangga apapun. Jika ada tamu tiba, barulah pemilik rumah mengeluarkan kursi, meja, ataupun bale-bale. Namun dalam perkembangannya, ruangan ini dilengkapi dengan beberapa furniture.





Ruang selanjutnya adalah bab tengah rumah yang disebut dengan Imah atau Patengahan. Imah umumnya dijadikan daerah berkumpul keluarga. Terdapat ruang Balandongan yang berfungsi untuk menambah kesegaran di rumah. Untuk kamar tidur disebut Pangkeng.





Lalu bab belakang rumah berisikan dapur yang disebut Pawon. Ada pula Padaringan, yakni ruangan khusus untuk menyimpan beras. Masih ada ruangan lain yang difungsikan selaku gudang penyimpanan alat-alat rumah tangga, disebut sebagai Jobong.





2. Rumah Adat Badak Heuay





Dalam bahasa Indonesia, Badak Heuay berarti badak yang sedang menguap. Dinamakan demikian alasannya adalah bentuk atapnya yang unik, mirip seekor rino yang sedang membuka mulut.





Rumah Adat Badak Heuay




Ruangan di bab depan rumah tidak terlampau luas, fungsinya untuk menerima tamu laki-laki. Sementara bab belakang rumah yang merupakan ruangan pribadi bagi pemilik rumah dibentuk cukup luas.





3. Rumah Perahu Kemureb





Jenis rumah adab Sunda yang ketiga ini masih bisa dijumpai di daerah Ciamis. Dinamakan Perahu Kemureb alasannya adalah bentuk atapnya yang mirip dengan perahu yang terbalik. Pembagian ruangan di rumah Perahu Kemureb juga cukup sederhana, seperti pada rumah Badak Heuay.





Rumah Perahu Kemureb




Pada bab atapnya disematkan 2 buah batang kayu untuk menopang dan menghubungkan kedua segi atap. Kayu yang dipilih yakni kayu yang kuat.





Akan namun rancangan rumah ini banyak mengakibatkan persoalan, khususnya dikala musim hujan. Adanya banyak penghubung pada bagian atap membuatnya rentan bocor jika sambungan tersebut mengalami kerusakan. Karena aspek inilah, rumah Perahu Kemureb mulai jarang dibangun dan sudah tidak banyak lagi yang mampu kita temukan.





4. Rumah Tagog Anjing





Rumah tradisional Sunda diberi nama demikian sebab bentuk atapnya berupa segitiga dan atap yang lain yang menghadap ke depan rumah , sehingga terlihat seperti anjing yang sedang duduk. Bentuk atap ini mendapat imbas dari gaya arsitektur Mataram, Jawa Tengah.





Rumah Tagog Anjing




Jika dilihat sekilas, bentuk rumah Tagog Anjing hampir sama dengan rumah Badak Heuay. Perbedaannya terletak pada tidak adanya bagian dan tidak terbuka seperti pada rumah Badak Heuay.





Rumah adab Tagog Anjing masih mampu kita peroleh di kota Garut. Hingga kini masih banyak hotel di Jawa Barat yang memakai gaya atap ini, contohnya di daerah Puncak.





5. Rumah Capit Gunting





Rumah Capit Guntik memiliki bentuk atap yang mirip seperti gunting. Pada bagian ujung atap terdapat bentuk yang saling menyilang, bentuknya ibarat capit sebab adanya persilangan kayu atau bambu.





Rumah Capit Gunting




Secara lazim, bentuk rumah Capit Gunting cukup sederhana. Namun rumah budbahasa ini menjadi unik alasannya bentuk atapnya. Bentuk ibarat gunting ini menambah nilai estetis pada keseluruhan rumah.





6. Rumah Adat Julang Ngapak





Orang Sunda mempunyai kecenderungan menamakan rumah budbahasa mereka dengan nama-nama binatang. Rumah akhlak Julang Ngapak memiliki makna burung yang sedang mengepakkan sayap. Dinamakan demikian alasannya rancangan atapnya yang melebar di bagian samping kiri dan kanan.





Rumah Adat Julang Ngapak




Pada bab bubungan atap disertakan cagak gunting biar atap lebih besar lengan berkuasa. Ini menimbulkan atap tidak mudah bocor ketika isu terkini hujan. Rumah etika Julang Ngapak masih mampu ditemukan di Kampung Naga Tasikmalaya dan Kampung Dukuh Kuningan.





7. Rumah Tradisional Jubleg Nangkub





Jubleg Nangkub




Bangunan budbahasa ini sebenarnya bentuknya persis seperti rumah budbahasa Parah Kumureb. Akan tetapi memiliki nama berlawanan terutama di Kabupaten Sumedang. Makna Jubleh Nangkub oleh tradisi Sunda adalah lesung (alat menumbuk padi) yang menelungkup.





Filosofi Rumah Adat Sunda





Di balik gaya arsitekturnya yang terbilang cukup sederhana, ternyata rumah tradisional asal Sunda menyimpan banyak makna yang menarik. Rumah adat Sunda dibuat dengan menghormati alam di sekeliling masyarakatnya.





Hal ini mampu dlihat dari bagaimana orang Sunda menamakan rumah-rumah adatnya, misalnya Rumah Tagog Anjing, Badak Heuay, dan Julang Ngapak diambil dari nama-nama binatang yang ada di sekitar mereka. Hal ini mengambarkan kedekatan orang Sunda dengan alam.





Dalam pembangunan rumah, tidak digunakan bagian besi sama sekali, mirip paku dan lain-lain. Untuk menguatkan tiang, dipakai pasek yang terbuat dari bambu. Selain itu, juga digunakan ijuk atau sabut kelapa untuk mengikat sambungan struktur. Untuk bagian atap pun menggunakan daun kelapa, ijuk, atau daun rumbia. Di era lalu, rumah etika Sunda sangat jarang memakai genting dari tanah liat.





Satu hal yang unik yaitu pemilihan bilik yang tipis untuk dinding dan lantai yang yang dibuat dari palupuh atau papan kayu. Kedua bagian ini tidak terlalu kokoh dan dapat dirusak oleh insan jika berada di perkampungan yang barbar dan saling serang.





Hal tersebut menandakan bahwa penduduk Sunda ialah penduduk yang damai dan tidak saling berselisih satu antara yang lain. Rumah adab Sunda dibuat sebagai kawasan berlindung dari hujan, angin, terik matahari, dan serangan hewan buas, bukan untuk melindungi diri dari serangan sesama manusia.


Related Posts

0 Response to "7++ Rumah Adab Sunda – Filosofi, Gambar & Penjelasan Lengkap"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel