Rumah Budbahasa Batak – Bolon, Simalungun, Karo, Pakpak & Gambar Lengkap


Rumah Adat Batak – Suku Batak berasal dari etnis yang mendiami Pantai Barat dan Pantai Timur provinsi Sumatera Utara. Namun dikala ini mereka telah tersebar di banyak sekali kawasan di Sumatera Utara.





Suku Batak terbagi menjadi 6 sub suku, dimana yang paling dikenal ialah Suku Batak Toba. Sedangkan 5 sub suku lainnya yakni Karo, Mandailing, Angkola, Simalungun, dan Pakpak atau Dairi.





Identitas suku ini mulai terkenal dalam sejarah Indonesia sehabis didirikannya organisasi Jong Batak pada tahun 1926. Ini ialah organisasi pertama yang memadukan Suku Angkola, Karo, Toba, Mandailing, Simalungun, dan Pakpak tanpa membedakan agama.





Suku Batak dikenal sangat menjunjung tinggi adab dan tradisi yang diwariskan pendahulunya. Hal ini pun terlihat dari rumah budpekerti Batak yang mempunyai ciri khas tersendiri dari tiap sub suku.






Rumah Tradisional Batak





Rumah etika Suku Batak tidak hanya berfungsi selaku tempat tinggal, namun juga selaku penunjuk identitas pemiliknya. Di kala lalu, rumah tidak hanya dibentuk menyesuaikan dengan keadaan alam dan geografis di sekitarnya. Tetapi juga mempunyai ciri khas tersendiri yang menunjukkan asal usul pemiliknya, iktikad yang dianut, maupun tradisi yang diangkat.





Sama halnya dengan Suku Batak, dimana pada setiap rumah adatnya mempunyai makna dan filosofi tersendiri.





Rumah Adat Bolon





Rumah adat Bolon adalah bangunan adat Batak yang paling populer dan berasak dari Suku Batak Toba. Rumah ini pertama kali didirikan oleh Raja Tuan Rahalim dan cuma diperutukkan bagi kaum ningrat.





rumah adat bolon




Raja Tuan Rahalim konon ialah raja yang perkasa, alasannya memiliki 24 istri. Ia dan 12 orang istrinya beserta 46 orang anaknya tinggal di Rumah Bolon. Istri-istri tersebut berisikan 1 orang permaisuri atau disebut juga dengan Puang Bolon, dan 11 orang selir yang disebut Nasi Puang. Sementara itu, 12 istri lainnya tinggal di perkampungan sekitar kerajaan.





Pada tahun 1945 dikala Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk, maka hal ini juga menuntaskan kedaulatan banyak kerajaan di nusantara, termasuk kekuasaan Suku Batak. Tuan Mogang Purba yaitu raja terakhir yang mendiami Rumah Bolon. Kemudian, pada tahun 1961 jago waris Rumah Bolon menyerahkan rumah ini kepada pemerintah tempat lokal.





Gaya khas arsitektur Rumah Bolon mampu dilihat dari bentuk atapnya yang mirip pelana kuda. Beberapa penduduk juga menyebutnya mirip tanduk kerbau. Atap rumah dibuat tinggi dengan sudut-sudut kecil. Uniknya, bab atap Rumah Bolon juga dihiasi dengan tabrakan atau lukisan khas Sumatera Utara.





Rumah Bolon berupa persegi panjang memanjang ke belakang. Strukturnya berupa rumah panggung dengan tiang-tiang penyangga dengan ketinggian mencapai 1,75 meter dari permukaan tanah. Rumah Bolon terbagi menjadi beberapa area yang mempunyai fungsinya masing-masing, ialah:





  • Ruang Tampar Piring yakni ruangan untuk menyambut tamu.
  • Jabu Tonga Rona Ni Jabu Rona yaitu ruangan tempat berkumpul keluarga yang ukurannya paling luas dibandingkan ruangan lainnya.
  • Jabu Bong yaitu ruang atau kamar untuk kepala keluarga yang terletak di sudut kanan Rumah Bolon.
  • Jabu Soding yakni ruang atau kamar khusus bagi anak perempuan yang terletak di sudut kiri rumah dan berhadapan dengan Jabu Bong.
  • Jabu Suhat yaitu ruang khusus bagi pria yang telah menikah dan terletak di bab depan sudut kiri rumah, tepatnya bersebelahan dengan ruang Tampar Piring.
  • Kolong adalah area di bawah rumah panggung yang digunakan untuk sangkar hewan ternak. Bisa juga difungsikan selaku daerah menyimpan bahan makanan.




Satu hal lagi yang tidak kalah unik dari Rumah Bolon yaitu ukiran yang lazimnya terdapat di atas pintu depan. Ukiran ini disebut dengan Gorga. Selain untuk menghiasrumah, Gorga juga menyimpan makna pada setiap coraknya, ialah:





  • Ukiran bercorak kerbau, maknanya sebagai rasa syukur untuk kerbau yang telah bekerja keras dalam membantu masyarakat Batak dalam bertani.
  • Ukiran bercorak ular, mengacu pada iktikad penduduk Batak yang meyakini bahwa pemilik rumah akan mendapat banyak berkah jikalau rumahnya dimasuki ular. Makna dari gesekan ular adalah berkah yang berlimpah.
  • Ukiran bercorak cicak ialah simbol persaudaraan yang dekat dalam Suku Batak. Dimanapun mereka berada, relasi persaudaraan tidak akan pernah putus.




Dalam perkembangannya saat ini, Rumah Bolon terbagi menjadi 3, ialah Rumah Bolon kecil, sederhana, dan besar. Rumah Bolon kecil umumnya berbentukgazebo yang terletak di depan rumah utama.





Rumah Bolon sederhana memiliki ukuran yang tidak terlalu besar, namun secara konstruksi masih menjaga bentuk asal Rumah Bolon. Sementara Rumah Bolon besar terdiri dari 2 lantai yang lantai atasnya juga difungsikan untuk acara tertentu. Rumah Bolon yang terakhir ini mempunyai tiang yang sangat tinggi.





Rumah Adat Simalungun





Suku Batak Simalungun sebagian besar mendiami Kabupaten Simalungun. Rumah adatnya mempunyai struktur rumah panggung. Tiang-tiang penyangganya terbuat dari jenis kayu yang berukuran besar, sehingga rumah ini sungguh kokoh.





rumah adat simalungun




Selain itu, tiang-tiangnya cukup tinggi meraih 2 meter. Untuk dindingnya, biasanya dipakai bahan tepas. Sementara untuk lantai rumah terbuat dari kayu. Bagian atap rumah budbahasa Simalungun terbuat dari ijuk yang diikat memakai tali.





Karakteristik unik dari rumah tradisional Simalungun yakni kaki bangunannya berupa susunan kayu yang masih berbentuk bulat. Selain itu, pintunya dibentuk pendek sehingga jikalau seseorang hendak melalui pintu maka harus menundukkan kepala. Pintu yang pendek ini memiliki makna bahwa setiap orang yang berkunjung mesti menghormati penghuni rumah.





Karena tiang penyangganya memiliki tinggi nyaris 2 meter, maka bagian kolong rumah akhlak Simalungun ini cukup luas. Biasanya bagian kolong dipakai untuk sangkar binatang ternak mirip babi, ayam, dan lain-lain. Hingga sekarang, rumah adat Simalungun masih bisa ditemui di kota Pematang Siantar, tepatnya di Jalan Sudirman, yakni Museum Simalungun.





Rumah Adat Karo





Rumah etika milik Suku Batak Karo ini lebih dikenal dengan nama Siwaluh Jabu. Nama ini memiliki arti rumah tersebut bisa dihuni oleh 8 keluarga sekaligus. Masing-masing keluarga memiliki tugas masing-masing di dalam rumah tangga. Penempatan keluarga diputuskan lewat tradisi Batak Karo secara turun-temurun.





rumah adat karo




Siwaluh Jabu termasuk rumah megah jikalau dibandingkan rumah tradisional Suku Batak yang lain. Pada bagian atapnya ditambah ornamen berbentuktanduk. Ukuran atapnya juga lebih besar dibandingkan rumah etika Batak lainnya.





Bentuk atap ini juga sekaligus selaku penanda status sosial pemilik rumah tersebut. Rumah tradisional Siwaluh Jabu berisikan Jabu Hulu dan Jabu Hilir. Sementara Jabu Hilir masih dibagi lagi menjadi Jabu Ujung Kayu dan Jabu Tumah Sendipar Ujung Kayu.





Rumah Adat Pakpak





Rumah Pakpak yaitu rumah tradisional Suku Batak Pakpak. Rumah ini memiliki keunikan di bagian atapnya. Masyarakat Pakpak sengaja mendesain atapnya dengan bentuk melengkung.





rumah adat pakpak




Bentuk ini mempunyai makna bahwa Suku Pakpak akan terus berpegang teguh pada etika istiadat mereka dengan sekuat tenaga. Ciri khas lainnya mampu dilihat dari adanya tabrakan-ukiran menarik khas Suku Pakpak yang menghiasi bagian-bagian rumah.





Rumah akhlak Suku Pakpak kebanyakan tidak difungsikan sebagai rumah tinggal, melainkan sebagai tempat untuk menyelenggarakan musyawarah. Hal-hal yang berhubungan ihwal masyarakat Pakpak atau ritual etika tertentu bisa dibahas di rumah ini.


Related Posts

0 Response to "Rumah Budbahasa Batak – Bolon, Simalungun, Karo, Pakpak & Gambar Lengkap"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel